Kepribadian Apakah Saya Introvert, Ekstrovert atau Bagaimana?
Kepribadian manusia selalu menjadi topik pembahasan yang menarik untuk diperbincangkan. Menurut APA Dictionary of Psychology, kepribadian mengacu pada karakteristik dan perilaku yang cenderung konsisten, termasuk di dalamnya, adaptasi terhadap kehidupan, pola sifat-sifat, minat, dorongan, nilai, konsep diri, kemampuan, dan emosi. Berbagai teori menjelaskan struktur dan perkembangan kepribadian dengan cara yang berbeda, tetapi semuanya sepakat bahwa kepribadian membantu menentukan perilaku. Carl Gustav Jung, seorang ahli psikologi, pada awalnya mengelompokkan dua tipe kepribadian berdasarkan sumber dan arah ekspresi energi individu, yaitu introvert dan ekstrovert. Introvert didefinisikan sebagai mengarahkan energi ke dalam diri, dan ekstrovert sebaliknya, mengarahkan energi ke luar diri. Introvert biasanya menyukai kesendirian, lebih menyukai introspeksi daripada ekspresi, lebih fokus pada kedalaman, kurang demonstratif secara emosional dan berbagi secara pribadi hanya dengan orang-orang tertentu. Ekstrovert biasanya lebih bersemangat dan berkembang dengan berada di sekitar orang lain, seperti menikmati kegiatan yang melibatkan pertemuan sosial besar (pesta, dan kegiatan publik lainnya), serta bekerja dalam kelompok. Namun demikian, individu yang ekstrim introvert atau ekstrim ekstrovert sangat jarang ditemukan karena sebagian besar kepribadian individu dapat diukur di antara kedua ekstrim tersebut. Jung sendiri pernah mengalami kesulitan untuk mengkategorikan semua kasusnya ke dalam dua kategori kepribadian ini, sehingga kemudian ia mengembangkan teorinya dengan lebih kompleks. Teori psikologi modern mendefinisikan spektrum introvert-ekstrovert sebagai dimensi kepribadian yang berkelanjutan, bukan hanya dua kategori kepribadian, sehingga individu idealnya dapat memiliki sisi introvert dan ekstrovert yang fleksibel sesuai dengan konteks sosialnya. Individu ini dianggap lebih mudah beradaptasi dengan kehidupannya dan biasanya lebih taktis dalam mengatasi permasalahan. Kecenderungan seseorang untuk lebih introvert atau ekstrovert dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor biopsikososial. Terkait kepribadian manusia yang amat dinamis, ada beberapa hal tentang kepribadian introvert dan ekstrovert yang tidak dapat digeneralisir, seperti: 1. Ekstrovert “bergaul lebih baik” dibandingkan introvert Individu ekstrovert memang mendapatkan energi saat bersosialisasi dengan banyak orang, sedangkan introvert dapat kehilangan energi jika terlalu lama berada di tengah orang banyak, sehingga mereka butuh waktu sendiri untuk mengembalikan energi tersebut. Namun, hal ini tidak menjadikan pribadi introvert memiliki kemampuan bersosialisasi yang kurang baik dibandingkan pribadi ekstrovert. Mereka hanya memiliki perbedaan cara dan preferensi ketika masuk ke lingkungan sosial. 2. Ekstrovert “lebih bahagia dan tidak kesepian” dibandingkan introvert Perlu disadari bahwa makna kebahagiaan bisa sangat subjektif dan berbeda antara satu individu dengan individu lainnya. Individu introvert yang lebih suka dengan kesendirian atau one-on-one conversation tidak serta merta membuat mereka lebih kesepian, itu adalah cara untuk memenuhi kebutuhan mental internal mereka. Ekstrovert selama ini dianggap lebih bahagia mungkin karena ada budaya yang masih menilai banyaknya keterlibatan dalam lingkungan sosial sebagai sumber kebahagiaan (Zelenski, et al., 2014). 3. Introvert “lebih kreatif” dibandingkan ekstrovert Pribadi introvert dan ekstrovert memang memiliki perbedaan dalam cara memproses dan mengekspresikan informasi. Namun demikian, kreativitas sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor, lebih dari sekedar kepribadian introvert atau ekstrovert, misalnya keterbukaan terhadap pengalaman, toleransi terhadap ambiguitas, impulsivitas, dan kepercayaan diri (Gabora, 2020). 4. Introvert “pendengar yang lebih baik”, sedangkan ekstrovert “pembicara yang lebih baik” Belum ada studi yang dapat mendukung hal tersebut dikarenakan sebenarnya “mendengarkan” dan “berbicara” lebih tepat dikategorikan sebagai skills, atau kemampuan yang bisa dipelajari. Banyak bukti yang menunjukkan bahwa pribadi introvert juga mampu menjadi pembicara yang baik atas buah-buah pemikiran atau refleksinya, dan pribadi ekstrovert juga mampu menjadi pendengar yang baik dengan cara mereka membawa diri di lingkungan sosial. 5. Individu introvert dan ekstrovert tidak cocok berteman atau berpasangan Relasi antar manusia juga merupakan hal yang dinamis dan kompleks, sehingga preferensi pergaulan dan durasi kecocokannya juga tidak bergantung pada salah satu faktor kepribadian saja, melainkan juga pada nilai-nilai yang dianut maupun kebutuhan masing-masing individu. Dengan mengetahui dan mengenal kepribadian manusia yang dinamis, diharapkan setiap orang mampu lebih mengembangkan diri dan menghargai orang lain, termasuk dengan tidak membatasi diri berdasarkan tipe kepribadian tertentu atau membandingkan diri dengan orang lain atau idealitas yang keliru. Selamat belajar dan berkembang.
Referensi Gabora, L. (2020). Creativity. Oxford Research Encyclopedia of Psychology. Retrieved 30 Nov. 2022, from https://oxfordre.com/psychology/view/10.1093/acrefore/9780190236557.001.0001/acrefore-9780190236557-e-608. Guilford, J. P., & Braly, K. W. (1930). Extroversion and introversion. Psychological Bulletin, 27(2), 96–107. https://doi.org/10.1037/h0073968 Petric, D. (2022) The introvert-ambivert-extrovert spectrum. Open Journal of Medical Psychology, 11, 103-111. https://doi.org/10.4236/ojmp.2022.113008 Zelenski, J. M., Sobocko, K., & Whelan, D. C. (2014). Introversion, solitude, and subjective well-being. In R. J. Coplan and J. C. Bowker (Eds.), The Handbook of Solitude: Psychological Perspectives on Social Isolation, Social Withdrawal, and Being Alone. (pp. 184-201). Wiley-Blackwell.